Fakta Etika Mengunjungi Bayi Baru Lahir

 https://www.pemanberita.my.id/2024/03/fakta-etika-mengunjungi-bayi-baru-lahir.html

Menengok bayi baru lahir memang sangat baik. Namun, tak jarang malah berefek buruk buat si bayi. Itu lantaran para tamu tak paham etika mengunjungi bayi baru lahir. 

Jika masih di rumah sakit, tamu yang datang menengok memang relatif lebih bisa diatur dengan adanya jam kunjungan yang sudah ditetapkan. Selain itu, bayi pun lebih banyak dirawat di kamar bayi oleh perawat. Dengan demikian, efek buruk relatif kecil. Namun bila sudah pulang ke rumah, otomatis perawatan bayi sepenuhnya ada di tangan orang tuanya. Di sisi lain, yang datang menengok pun tak bisa diatur dengan jam kunjungan, kan?

Nah, berikut ini 3 kebiasaan buruk para tamu yang mesti diwaspadai, seperti dipaparkan dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A. dari RS Panti Nugraha, Jakarta Selatan.

1. Mencium bayi

Kebiasaan ini jelas tak menguntungkan si kecil. Masalahnya, bayi baru lahir memiliki imunitas atau daya tahan yang sangat lemah, karena memang pembentukan sistem kekebalannya belum selesai. Sedangkan kita tahu, banyak sekali penularan penyakit yang terjadi melalui perantaraan butiran ludah halus (droplet) yang terisap dan masuk ke saluran napas. Hingga, bila di antara para tamu ada yang kurang sehat, semisal agak pilek sedikit, tentu si kecil bisa ikut tertular dan akhirnya sakit. Padahal kalau bayi baru lahir sakit, mudah sekali merembet ke organ lainnya. 

Namun untuk melarang tamu agar tak menyentuh si kecil, tak mudah dilakukan. Salah-salah malah dianggap sombong dan tak menghargai tamu. Apa boleh buat, kita harus pintar-pintar menghadapinya. "Katakan dengan sopan, sebaiknya ia tidak terlalu dekat dengan si bayi. Atau, bisa juga si ibu menyediakan masker penutup mulut dan hidung, sehingga bila si tamu tetap berkeinginan untuk berdekatan dengan si kecil, mintalah ia untuk menggunakan masker tersebut."

2. Menggendong

Tak jarang si kecil jadi "piala bergilir" yang digendong sana-sini. "Sebenarnya kalau pakaian yang menggendong tidak kotor, ya, tidak masalah. Namun bila si tamu habis bepergian ke tempat umum di mana-mana, tentu saja pakaiannya jadi lusuh dan kotor. Padahal saat menggendong bayi, baju yang dikenakan biasanya akan mengenai si bayi.

Selain dalam hal kebersihan, cara menggendong perlu juga diperhatikan. Kalau yang sudah punya anak, biasanya tak jadi masalah karena mereka memang punya pengalaman dan tahu cara menggendong yang benar. Yang perlu diperhatikan, bila si penggendong belum biasa menggendong bayi baru lahir. 
 
Ini penting, sebab leher bayi yang usianya masih di bawah 3 bulan biasanya belum sanggup menopang kepalanya sendiri. Jadi dalam menggendongnya, kepala bayi harus selalu disangga." Nah, bila si tamu tampaknya belum biasa menggendong bayi, ajarilah ia cara menggendong yang benar agar jangan sampai si kecil jadi cedera.

3. Memegang megang

Hampir dipastikan para tamu berkeinginan memegang tubuh si kecil, seumpama di daerah pipi yang biasanya tampak sangat menggemaskan. "Dalam hal ini, sekali lagi, kebersihan perlu diperhatikan. Jangan sampai tangan yang kotor mengenai wajah bayi yang masih lemah ini. 
 
Karena itu, ada baiknya para tamu diminta mencuci tangan dulu sebelum menyentuh bayi." Adakalanya malah berlanjut dengan cubitan kecil. Kalau yang seperti ini sebaiknya dicegah, sebab bisa jadi si kecil cedera. Bukankah kulitnya masih lembut sekali?

Mandikan Saja

Bila kita beranggapan si kecil banyak terpapar kuman atau jadi kotor lantaran telanjur dipegang-pegang, digendong, atau dicium para tamu, menurut Nita, tak ada salahnya bila si kecil dibersihkan dengan memandikannya.

Menanggapi komentar tamu

Rasanya hampir selalu para tamu akan menyampaikan berbagai pesan dan komentar tentang cara merawat bayi. Terutama disampaikan oleh yang lebih tua atau sudah memiliki anak. Apa yang disampaikan seringkali terasa sangat bernuansa tradisional dan berdasarkan mitos tertentu, meski kadang ada juga yang memang berdasarkan ilmu pengetahuan modern. 

Menghadapinya, saran dr. Hendra G Widjanarko, Sp.OG, dari RS Rajawali, Bandung, gunakan akal sehat. "Pada kenyataannya memang banyak mitos atau nasehat-nasehat turun-temurun yang sebenarnya tak masuk akal dan bahkan kerap merugikan. Contoh, larangan mencuci rambut atau keramas sampai 40 hari setelah melahirkan. Persis mencapai 40 hari, bisa-bisa kepalanya sudah penuh dengan kutu rambut, bahkan mungkin sudah jadi korengan, terjadi infeksi, dan kerusakan rambut," jelasnya. 

Munculnya larangan tersebut, jelas Hendra lebih lanjut, disebabkan zaman dulu kalau mau keramas pakai air dingin dan mungkin masih ditambah dengan ramu-ramuan sehingga proses keramas berlangsung lama dan buntutnya si ibu jadi kedinginan, lalu jatuh sakit. 
 
Nah, kalau sekarang, kan, bisa mandi dengan air hangat dan keramasnya pakai sampo, sehingga mencuci rambut bisa hanya makan waktu 10 menit saja. Tentu ini tak akan membuat sakit." Bahkan saat ini ada rumah sakit yang justru menyediakan sarana keramas atau creambath di lingkungan rumah sakit untuk pasien rawat inapnya. 

Contoh lain, "Ada juga yang menganjurkan untuk membalur tubuh dengan berbagai ramuan dan tak boleh dibersihkan sampai berhari-hari. Ini, kan, malah bisa membuat sakit dermatitis kontak," kata Hendra lagi. 

Namun demikian, tentu saja ada juga nasehat yang sebenarnya bermanfaat. "Salah satu contoh, larangan untuk berjalan melangkahi sesuatu bagi ibu yang baru melahirkan," kata dr. Deradjat M. Sastrawikarta, Sp.OG, dari RS POLRI Pusat Raden Said Sukanto, Jakarta Timur, yang dijumpai pada kesempatan berbeda. "Ini sebenarnya memberikan manfaat agar ibu yang baru melahirkan tidak berjalan ke sana ke mari dengan langkah terlalu lebar, yang bisa menyebabkan luka pascamelahirkan di jalan lahir jadi tak sembuh-sembuh dan terbuka lagi.

Dalam kaitan dengan anjuran tersebut, si ibu pun kerap dianjurkan memakai kain atau gurita sampai ke lutut. "Sebenarnya ini berfungsi agar langkah si ibu jadi kecil-kecil dan tak bisa terlalu lebar. Sehingga, walaupun mobilisasi sudah banyak, di antaranya harus banyak meladeni para tamu yang berdatangan menjenguk, tak sampai membuat luka terbuka kembali." Jadi sekali lagi, semua nasehat tersebut sebaiknya dipikirkan baik-baik dengan mempergunakan common sense dahulu.

Tamu datang mendadak

Adakalanya tamu datang mendadak dan pada saat-saat di mana si bayi harusnya disusui atau dimandikan. "Tentu saja si ibu tetap harus menerima kedatangan tamu dengan cara yang sopan, bukan malah menolaknya," ujar Hendra. 

Yang penting diingat, si ibu harus tegas dan jangan segan-segan mengundurkan diri sejenak demi keperluan si bayi. Umpama, kalau memang waktunya untuk menyusui atau mengganti popok, menceboki, memandikan, atau apa saja, janganlah segan-segan minta waktu pada para tamu. 

Nah, selama si ibu mengurus bayi, para tamu bisa ditemani sang ayah, saudara yang ada, atau juga kakek-nenek si bayi. Tentu para tamu pun dapat memahami hal ini. Bahkan, sebenarnya kalau memang tamunya adalah saudara/kerabat yang cukup dekat, acara memandikan bayi yang sedang lucu-lucunya ini bisa menjadi tontonan tersendiri, lo. "Tapi tentu saja, ini tergantung dengan si ibu, ia merasa nyaman atau tidak dengan hal ini."

Jadilah tamu yang baik

* Hindari berkunjung dengan cara mendadak
Sebaiknya sebelum datang berkunjung, beri tahu dulu pada si ibu atau salah satu anggota keluarganya. Paling tidak, sampaikan rencana kunjungan melalui telepon sehari sebelumnya. Dengan demikian, si ibu dapat mengatur waktu dan mempersiapkan diri dahulu. 

* Hindari datang pada jam makan siang atau malam
Bila tamu datang saat jam makan, sebagai tuan rumah tentu akan merasa "harus" mengajaknya makan. Padahal, belum tentu mereka punya makanan untuk disuguhkan. Akibatnya, tuan rumah jadi kebingungan akan menyuguhkan apa pada para tamunya. 

* Jangan datang terlalu pagi atau malam
Biasanya pada pagi hari keluarga masih sibuk mengurus si kecil, entah memandikan atau mengelapnya. Mereka pun biasanya sedang sibuk membereskan rumah. Sebaliknya, jangan pula datang terlalu malam, sebab sudah tentu mereka butuh waktu istirahat yang lebih banyak daripada biasanya. 

* Hati-hati memberikan komentar mengenai sang bayi
Adakalanya pandangan orang lain tak sama dengan pendapat kita, dan ini bisa membuat jengkel si ibu. Contoh, memberi komentar, "Wah, coba seandainya bayinya laki-laki." Bila si ibu melahirkan anak perempuan, tentu akan merasa tak enak mendengarnya. 

* Jika sedang sakit, jangan dekat-dekat dengan si bayi.
Jangan sampai malah membuat si bayi sakit dengan kedatangan kita. 

* Beri kesempatan pada si ibu bila memang ia perlu waktu untuk merawat bayinya.
Jika memang tampaknya si ibu sedang sibuk mengurus bayinya, tak usahlah terlalu berlama-lama bertamu agar si ibu punya keleluasaan merawat bayinya. 

Sumber: AS/Martin
Martin Leman.Foto:Iman Dharma(nakita)