Tips Stimulasi Sekaligus Deteksi

 https://www.pemanberita.my.id/2024/03/tips-stimulasi-sekaligus-deteksi.html

Selain akan meningkatkan kecerdasannya juga membantu orang tua menemukan gangguan yang mungkin dialami si kecil.

Indra pendengaran

Indra ini sudah berfungsi sempurna sejak janin berusia 24 minggu! Nah, ketika bayi lahir, kemampuan mendengarnya semakin peka. Dia mampu mendeteksi volume suara sekaligus iramanya. 
 
Juga sudah pandai membedakan suara ayah/ibunya, yang sering didengar, serta suara orang lain yang asing baginya. Tak heran kalau si kecil akan tampak lebih anteng kala mendengar suara orang tuanya ketimbang suara-suara yang asing baginya. 

* Stimulasi yang dilakukan:
- Indra ini sudah dapat dirangsang sejak bayi masih dalam kandungan. Untuk itu, sering-seringlah mengajak bicara janin. Mendengar rekaman suara ibu maupun ayah juga akan menyenangkannya. Isi rekamannya bebas kok, boleh senandung atau nyanyian ibu dan sapaan, "selamat pagi sayang" dari ayah. 

- Tradisi tadi sebaiknya terus dilakukan setelah si kecil lahir. Patut diingat, saat berdialog dengan bayi, pengucapan kata hendaknya dilontarkan secara benar dan baik. Tak perlu dicadel-cadelkan, "Adek mau minum cucu ya cayang." Ini akan berdampak pada kemampuan berkomunikasi si kecil di kemudian hari.

- Perdengarkan alunan musik dengan irama lembut. Berdasarkan penelitian, jenis musik klasik banyak manfaatnya. Tidak saja untuk merangsang kemampuan pendengaran tapi juga menstimulasi otak. Hindari jenis musik rock yang ritmenya cepat dan menghentak-hentak serta didominasi nada-nada tinggi karena cenderung menimbulkan efek negatif, yaitu sikap agresif. 

- Berikan mainan bersuara, seperti kerincingan. Perlahan guncang-guncangkan mainan tersebut di dekatnya. Jika si kecil sudah bisa menggenggam, biarkan ia memainkannya sendiri. Ini sekaligus merangsang kemampuan motoriknya. 

* Mendeteksi Gangguan:
Karena daya dengar sudah terasah sejak janin, maka kelainan pada fungsi ini akan mudah diketahui. Umpamanya, beberapa bulan setelah lahir, kepekaan pendengaran bayi sebenarnya sudah terasah sehingga bila mendengar suara keras yang tiba-tiba, ia paling tidak akan terkejut dan mungkin menangis. Jika si kecil tidak menunjukkan respons-respons seperti tadi, mungkin saja dia mengalami gangguan fungsi pendengaran.

Untuk lebih memastikannya, mintalah dokter anak melakukan pemeriksaan dengan menggunakan tes BERA (Brain Evoked Response Audioretry). Melalui uji ini, dapat dideteksi apakah si kecil mengalami gangguan pendengaran atau tidak sekaligus di bagian mana sumber kelainan itu.

Indra penglihatan

Semenjak lahir, bayi sudah mampu merespons cahaya dan melihat dengan jarak pandang sekitar 20-25 cm. Tentu daya lihatnya belum setajam anak-anak yang lebih besar. Apa yang dilihatnya belum benar-benar fokus.

Kemampuannya mengge-rakkan bola mata pun biasanya baru terlihat beberapa jam setelah lahir. Ketika mendengar suara, ia akan berusaha menoleh dan mencoba menatap sumber suara. Jika sebuah mainan digerakkan perlahan bolak-balik ke kiri dan ke kanan, bola mata-nya akan mengikuti. 

Pada minggu-minggu pertama, bayi sudah mengenal wajah orang tuanya. Ia bisa menatap orang yang bicara padanya di usia sekitar satu bulan. Selanjut-nya, di usia 2 bulan, sang bayi sudah dapat mengenal warna merah dan hijau, meski belum mengerti nama-namanya. Di usia ini, dia juga akan berusaha meraih benda atau mainan yang ada di dekatnya. Lalu, di usia 4 bulan bisa membedakan mana merah, hijau, dan sebagainya. 
 
Nah, di usia 6 bulan, penglihatannya sudah makin berkembang. Bahkan, di usia 8 bulan dan selanjutnya, bayi bisa mem-bandingkan dan membedakan wajah seseorang dengan wajah yang lain. Menurut para pakar, di antara indra-indra yang lain, indra penglihatanlah yang membutuh-kan waktu paling lama untuk berkembang. 

* Stimulasi yang dilakukan:
 
- Pasanglah gambar-gambar atau mainan gantung (di atas bagian ujung boksnya atau searah kaki bayi) yang menarik serta berwarna-warni. 

- Orang tua juga dapat merangsang daya lihat bayi dengan memperlihatkan foto-foto keluarga. 

- Cara lain yang murah meriah adalah mengajak si kecil ke luar rumah, misalnya halaman atau taman. Perlihatkan beragam jenis bunga, daun, dan tanaman lainnya. 

* Mendeteksi gangguan:
Kelainan penglihatan secara akurat tentu membutuhkan pemeriksaan dokter mata. Meski begitu, orang tua tetap bisa kok mendeteksi gangguan pada mata si kecil. 
 
Misalnya, mata juling bisa diketahui ketika bayi berusia sekitar satu bulan. Memang, mata bayi saat lahir terlihat seperti juling. Akan tetapi, normalnya dalam empat minggu sudah bisa terkoreksi dengan baik. Kalau sudah lewat usia itu masih tampak juling, konsultasikan kondisinya pada ahli mata.

Indra peraba

Literatur ilmiah menyebutkan, indra peraba merupakan indra yang pertama kali berkembang. Konon, sejak usia kehamilan 2 bulan, janin sudah memiliki kepekaan perabaan. Hal ini bisa dibuktikan melalui pemeriksaan USG (ultrasonografi) yang memperlihatkan bahwa janin bisa dilihat dalam posisi "mengkerut". 
 
Jadi, bila posisi badan sang ibu miring ke kanan atau ke kiri maka bagian perut yang posisinya ada di bawah akan tertekan. Sesuai hukum gravitasi, posisi janin pun otomatis akan berada di bawah dan ruang geraknya menjadi terbatas. Nah, karena indra perabanya mulai peka, untuk menyesuaikan kondisi yang tidak leluasa itu, janin menjadi seperti berkerut.

Setelah lahir, kemampuan indra perabanya makin berkembang ditunjukkan dengan respons bayi terhadap sentuhan-sentuhan/elusan yang diberikan padanya. Si kecil juga mulai mengenal dan merasakan hawa dingin maupun panas. Walaupun jarang sekali ditemukan kelainan yang berkaitan dengan indra peraba, tapi semenjak bayi lahir indra ini mesti sering dirangsang agar bertambah tingkat kepekaannya. 

* Stimulasi yang dilakukan:
- Berikan pelukan/elusan yang hangat. Sentuhan fisik seperti ini memberikan efek positif, yakni dapat mempererat ikatan emosional antara anak dan orang tua. Di sisi lain, anak merasa aman dan nyaman. Kebutuhan dasarnya betul-betul terpenuhi secara utuh. 

- Rangsang bayi dengan memberikan bermacam mainan atau benda-benda di sekitar rumah. Contoh, berikan ia kain sutra lalu handuk sehingga bisa merasakan perbedaan tekstur seperti halus, kasar, lembut dan sebagainya. Apa pun alat yang digunakan untuk menstimulasi, tetap perhatikan keamanannya.

Indra pengecap

Semejak lahir, si kecil sudah bisa mengecap. Buktinya, ia dengan senang hati "mereguk" ASI dan setelah terbiasa cenderung menolak susu lain. Mengapa begitu? Soalnya dia sudah bisa merasakan perbedaan rasa. Kenyataan ini menunjukkan, daya mengecap si kecil terbilang baik. 

Bukti lain, di usia 6 bulan ke atas -¬saat bayi sudah dikenalkan pada makanan pendamping ASI si kecil mungkin saja menolak makanan yang rasanya belum dikenal. Selain itu, bayi yang sudah mampu menggenggam biasanya secara refleks akan memasukkan semua benda ke dalam mulutnya. Itu juga bagian dari proses perkembangan indra pengecap atau disebut fase oral. Gangguan pada indra pengecap juga jarang ditemukan. 

* Stimulasi yang dilakukan: 
 
- Berikan mainan gigitan yang lunak. Bisa diberikan saat ia mulai memasukkan segala sesuatu ke dalam mulutnya. Juga, tentu saja perhatikan masalah kebersihan.

- Mengingat bayi masih dalam fase oral, lebih bijak bila orang tua menyeleksi mainan atau benda yang akan dijadikan bahan eksplorasi sang bayi agar tidak membahayakan si kecil. Pada prinsipnya, ukuran benda jangan terlalu kecil karena akan mudah tertelan. Jauhi juga benda-benda berujung dan berpermukaan tajam atau yang mengandung bahan baku dan pewarna beracun. 

- Kontrol asupan minuman/makanan yang rasanya manis. Bayi yang biasa mengonsumsi ASI umumnya lebih peka pada rasa manis. Oleh karena itu, batasi jumlah minuman dan makanan yang manis agar tak berakibat buruk, semisal mengganggu pertumbuhan gigi di kemudian hari jika tak rutin membersihkan gigi. Alangkah baiknya si kecil juga dikenalkan perlahan pada rasa-rasa yang lain seperti gurih dan sedikit asam dari buah-buahan.

Indra penciuman

Indra ini berfungsi pada minggu-minggu pertama lahir. Tak heran, bila si kecil digendong orang lain, dia bisa lang-sung menangis. Ini dikarenakan ia tidak mengenali "bau" asing tersebut. Selain "bau" orang tuanya, bayi juga akrab dengan "bau" ASI. Alhasil, jika diberi susu lain, dia akan menolak meminumnya. Gangguan pada indra penciuman termasuk yang jarang ditemukan. 

* Stimulasi yang dilakukan: 
 
- Mengasah kemampuan indra penciuman bisa dilakukan dengan mengenalkan benda-benda di sekitar rumah. Misal, wangi sabun atau sampo bayi. Yang jelas, perkenalkan bau-bauan yang bisa membuatnya merasa nyaman. 

- Secara prinsip, indra penciuman akan terlatih dengan sendirinya. Bahkan, dalam perkembangannya terkadang indra penciuman si kecil lebih peka dibandingkan orang dewasa. Semoga bermanfaat.

Sumber artikel: Hilman Hilmansyah. Foto: Iman/NAKITA