Apakah Digelitiki Sebabkan Bayi Kejang ?

 https://www.pemanberita.my.id/2024/03/apakah-digelitiki-sebabkan-bayi-kejang.html

Siapa, sih, yang tak gemas melihat bayi lucu? Kemontokannya pastilah membuat jari-jemari serasa gatal ingin menggelitikinya. Tapi hati-hati, lo! 

Meskipun buat kita menyenangkan, bayi yang digelitiki belum tentu merasa begitu. Awalnya, mungkin ia akan tertawa-tawa kegelian, tapi selanjutnya bukan tak mungkin ia malah merasa dipaksa untuk tersenyum dan tertawa. Kalaupun dia tersenyum dan tertawa, itu bukan reaksi spontan melainkan karena tak tahan menahan rasa geli.

Apalagi menurut Rustika Thamrin Karim, Psi., dari biro konsultan Karim, menggelitik bayi bukan termasuk salah satu aktivitas untuk menstimulasi, karena ternyata tidak ada satu pun pancaindra bayi yang bisa dirangsang lewat aktivitas ini. Sayangnya, banyak orang tua salah paham dengan mengira menggelitik memang baik dilakukan. Biasanya mereka lalu menggelitiki bagian dada, pinggang, leher, telapak tangan dan kaki si bayi.

Lakukan dengan lembut

Meskipun begitu, Tika menilai sebenarnya boleh-boleh saja menggelitiki bayi asalkan dilakukan dengan lembut. Jauhkan rasa gemas berlebihan yang seringkali terluapkan dalam bentuk sentuhan kasar. Lagi pula, gelitikan yang bertubi-tubi dan tampang yang gemas justru membuatnya merasa tak nyaman atau malah ketakutan. 

Disamping itu, perlakuan kasar yang pernah diterima bayi sedikit-sedikit akan dipelajari dan ditiru. Penelitian bahkan membuktikan, menggelitik yang terlalu keras justru bisa membuat anak sering menangis, sulit tersenyum dan kurang reaktif. "Kalau mau, lakukan dengan penuh perasaan dan kehalusan. Cukup sesekali dan jangan terlalu sering," saran Tika.

Cermati dampak negatif

Berikut penjelasan lebih jauh mengenai beberapa dampak negatif yang bisa muncul kalau bayi terlalu sering digelitiki dengan cara yang tidak lembut: 

* Sensitivitas bayi akan berkurang akibat gelitikan yang dipaksakan. Akibatnya, dia takkan peka terhadap sentuhan-sentuhan yang halus dan lembut. 

* Tindakan menggelitik biasanya juga diiringi roman muka orang tua atau orang dewasa yang "menyeramkan", jauh dari kesan lucu. Berkacalah selagi kita gemas, kalau tidak percaya. Hal ini justru akan membuat bayi ketakutan. 

* Menggelitik dapat membuat bayi trauma yang kemudian terbawa dalam tidur sebagai mimpi buruk. Bisa jadi saat tidur ia tiba-tiba menangis tanpa terlihat sebabnya. 

* Bayi akan merasa tidak aman dan nyaman bila bertemu atau didekati orang yang pernah menggelitikinya. 

* Gelitikan keras yang berulang-ulang akan membuat bayi sulit tertawa karena rangsangan itu lebih tinggi dari ambang batas rangsangan untuk tertawa. Jadi untuk bisa tertawa dan tersenyum lagi dia harus distimulasi dengan cara digelitiki, bukan dengan suara yang lembut dan halus. 

* Gelitikan dengan cara "kasar" akan "tersimpan" dalam memori anak yang kelak ikut membentuk anak untuk bertindak dengan cara kasar. 

* Gelitikan yang bertubi-tubi membuat bayi jadi lelah karena dipaksa untuk tertawa. Bila dilakukan secara berlebihan, bisa membuat bayi tegang, kejang, dan sulit bernapas. 

Boleh jadi orang tua menggelitiki bayi dengan maksud membangun kelekatan. Namun, dengan sederet dampak negatif yang bisa ditimbulkannya, terang sudah bahwa cara ini sebaiknya ditinggalkan. Kelekatan emosional antara orang tua dan anak, menurut Tika bisa dirajut dengan belaian dan sentuhan yang hangat, senyum manis, tuturan lembut, dan limpahan kasih sayang yang menciptakan suasana tenang serta damai. Secara otomatis bayi akan mengikuti gerakan mimik menyenangkan yang dilihatnya.

Memancing senyum dan tawa

Masih menurut Tika, sensitivitas bayi memang perlu selalu distimulasi, tapi cara-cara yang ditempuh jangan malah merugikan si bayi. Toh ada cara lain yang lebih baik yang mampu membuat anak tertawa terpingkal-pingkal, di antaranya: 

* Angkat bayi tinggi-tinggi dengan topangan kedua tangan, lalu turunkan hingga ia merasakan sensasi kejutan yang bakal memancingnya tertawa. 

* Ayun bayi ke kiri dan ke kanan dalam posisi telentang. Biarkan dia merasakan sensasi yang menyenangkan dari aktivitas ini. 

* Posisikan bayi telungkup lalu ayun-ayunkan seperti pesawat terbang. Baginya, permainan seperti ini mengasyikkan karena dia akan melayang-layang di udara. 

* Jika memungkinkan, letakkan si kecil di pundak ayah/ibunya lalu gerakkan tubuhnya seperti menari-nari, sehingga dia merasa senang.

Pijat bayi lebih efektif

Daripada menggelitik, Tika lebih setuju jika kelekatan dan stimulasi bayi dilakukan melalui pijatan. Cara ini merupakan langkah yang paling efektif karena bisa merangsang semua permukaan kulit dan organ tubuh, selain menghasilkan relaksasi. 
 
Berikut langkah-langkag pijat bayi yang bisa dilakukan orang tua:
* Bagian kepala
Lakukan dengan gerakan simetris tangan kanan dan kiri. Dimulai dari arah kepala dengan gerakan memutar secara perlahan kemudian turun ke sisi kiri dan kanan wajah. Lanjutkan pijatan lembut ke bagian telinga dimulai dari tengah sampai bagian luar telinga. Begitu juga dari arah pipi ke bagian belakang kepala. 

* Bagian leher dan bahu
Pijatlah perlahan-lahan bagian leher dan bahu. Lakukan dengan gerakan simetris juga. 

* Bagian tangan

Lakukan pijatan dengan pelan hingga ke bagian jari-jarinya

* Bagian dada dan daerah perut
Pijat pelan-pelan mulai dari dada turun ke daerah perut. Lakukan gerakan membentuk kurva hingga ke tulang rusuknya dan lakukan gerakan memutar. 

* Kaki dan telapak kaki
Lakukan pijatan perlahan-lahan sampai ke masing-masing jari kaki. Gerakan setiap jarinya dengan lembut sehingga anak peka dan tahu daerah yang distimulasi. 

* Bagian punggung
Tengkurapkan bayi. Lakukan stimulasi dengan pijatan lembut di punggung. 

Sumber: Hilman Hilmansyah.
Foto: Ferdi/nakita